PosRoha

Edukasi, Membangun Kebersamaan

Kasus Dugaan 500 Lebih Penderita Gizi Buruk Kronis (Stunting) di Medan Mulai Terkuak

PosRoha.com | Medan, Kasus dugaan sekitar 500 lebih penderita stunting (kurang gizi kronis) bagi anak anak warga Kota Medan di sejumlah lokus semakin terkuak. Sejumlah pihak Puskesmas pun mulai menyampaikan data dan upaya penanggulangan.

Seperti yang disampaikan Kepala Puskesmas Sicanang dr Trisna kepada PosRoha.com kemaren, penderita gizi buruk di wilayah Puskesmas Sicanang terdapat 28 orang. Dr Trisna (foto) mengaku jika pihaknya saat telah melakukan upaya pemulihan dan terus melakukan pemantauan.

dr Adi Raja Brando Lubis

Dikatakan Trisna, dalam upaya penanganan itu pihaknya bekerjasama dengan pihak Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan pemberiana makanan tambahan ( di Kelurahan Sicanang, Bahagia dan Bahari). Berikutnya, melakukan pemantauan Balita Stunting di Posyandu di Kel Belawan Sicanang, Bahagia dan Bahari.

Ditambahkan Trisna, pihaknya bekerjasama dengan PLKB di Kecamatan Medan Belawan dalam hal memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan Balita Stunting di Kelurahan Belawan Bahagia

Diakui Trisna lagi, pihaknya telah melakukan sosialisasi tentang Stunting dgn Linsek ( Kel Bahari). Berikut kunjungan rumah Balita Stunting bersama Ibu TPPKK Kelurahan, Kapus dan Kepala Dinas BKKBN di Kelurahan Bahagia. Pemantauan Balita Stunting dan sweeping Balita Stunting yang tidak datang ke Posyandu bersama KPM Stunting di Kel Belawan Sicanang, Bahagia dan Bahari.

Adapun kendala yang didapat dalam penanganan kasus stunting, dr Trisna mengaku jika bagi kader Posyandu mengalami keterbatasan alat antropometri di Posyandu Kelurahan Bahagia dan Bahari. Keterbatasan pengetahuan kader Posyandu dalam menggunakan alat antropometri terutama yg sudah tersedia alat antropometri di Kelurahan Sicanang.

Selanjutnya sebut Trisna, kendala tersebut juga ada bagi Keluarga Balita Stunting yakni jumlah asupan makanan tidak sesuai dengan umur Balita. Pengetahuan orang tua tentang Gizi Seimbang dan PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) masih minim. Sanitasi yang tdk memadai (masih ada yang belum mempunyai WC). “Faktor ekonomi, masih banyak Kepala Keluarga Balita Stunting yang berpenghasilan dibawah UMR. Dan Jumlah dalam anggota keluarga lebih dari 4 org,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Belawan dr Adi Raja Brando Lubis M Kes kepada PosRoha.com menyebutkan, jumlah penderita stunting di wilayahnya Puskesmas Belawan seperti Belawan I sebanyak 22 orang, Belawan II sebanyak 50 orang dan Bagan Deli 3 orang.

“Saat ini seluruh balita penderita stunting dalam pemantauan terus dalam pemantauan kami,” sebut Adi Raja.

Disebutkan, terkait kasus itu, pihak Puskesmas Belawan melakukan pemantauan Rutin (home visite, pengukuran tinggi badan dan berat badan). Selanjutnya, pemberian makanan tambahan biskuit dan susu. Penyuluhan tentang pola asuh yang benar buat balita. Begitu juga makanan gizi seimbang tentang kebersihan lingkungan dan pembagian obat cacing.

Sedangkan kendala yang dihadapi terkait penanganan kasus tersebut karena masih minimnya pengetahuan si Ibu terkait kesehatan. Sama halnya dikarenakan faktor sosial ekonomi yang sangat rendah.

Seperti diketahui, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Sebelumnya..

Ketua Komisi II DPRD Medan Sudari ST mendesak keseriusan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan soal penanganan kasus Stunting di Kota Medan. Sudari mengaku telah mendapat informasi ada sekitar 500 orang di Medan terkena penyakit Stunting di 19 locus.

Mendapat informasi itu, paska Sudari ditetapkan menjabat Ketua Komisi II DPRD Medan langsung sigap dan menyampaikan rasa keprihatinanannya melihat kinerja Dinkes Medan yang dinilai buruk. Ternyata di Kota Medan masih tinggi kasus stunting di Kota Medan.

Kepada wartawan, Selasa (26/4/2022) Sudari ST menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kota Medan. “Apa saja kerja Dinkes Medan selama ini. Hingga saat ini masih tinggi kasus stunting di Kota Medan. Kita minta Dinkes harus fokus perbaikan kinerjanya,” tandas Sudari.

Disampaikan Sudari lagi, pihaknya mengaku miris mengetahui kasus stunting tinggi di Medan. Pada hal kata Sudari, di Dinkes itu ada bagian program keluarga dan Gizi. “Bagaimana pola kerja mereka, dimana masalahnya perlu ada kajian serius. Apakah pejabatnya yang tidak mau bekerja atau ada hal lain, pantas dipertanyakan,” kata Sudari.

Untuk itu, Sudari ST minta Dinkes harus segera menyikapi serius kasus stunting di Kota Medan.
Kepala Dinas dr Taufiq Ririansyah agar proaktif melihat kinerja bawahannya. “Ini informasi awal harus disikapi dan ditindaklanjuti Dinkes. Apalagi masalah kesehatan merupakan salah satu program prioritas utama Walikota Medan M Bobby Afif Nasution,” sebut Sudari yang saat ini menjabat sekretaris DPD PAN Kota Medan itu.

Ditambahkan Sudari, terkait kasus stunting perlu dilakukan penanganan lintas sektoral antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemko Medan. Seperti perbaikan lingkungan kumuh dan peningkatan kesejahteraan warga. “Tentu perlu melibatkan beberapa OPD,” ujar Sudari lagi.

Menyikapi hal itu, Sudari mengaku akan mengundang OPD terkait untuk dilakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) membahas stunting. “Tujuan kita ke depan kasus stunting dapat teratasi di Medan. Rencana pemanggilan 9 Mei 2022,” imbuh Sudari. (lamru)