PosRoha

Edukasi, Membangun Kebersamaan

Dibalik Terpuruknya Ekonomi Akibat Covid – 19,Usaha ‘Peti Mati’ Meningkat Tajam

Catatan Wartawan PosRoha.com : Lambok Manurung

GANAS nya wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang Dunia, secara umum berdampak buruk terhadap terpuruknya perekenomian. Tidak sedikit pelaku usaha yang bangkrut dan terancam gulung tikar akibat Covid-19. Bahkan, sejak wabah pandemi melanda Kota Medan Tahun 2020 lalu, banyak warga kehilangan mata pencaharian bahkan jatuh miskin.

Namun, ditengah terpuruknya perekonomian karena banyak usaha terpaksa tutup akibat Covid 19. Ternyata dibalik musibah itu masih ada pelaku usaha yang mendapat banyak berkah. Bahkan, pelaku usaha sampai kewalahan menerima orderan karena banjir pesanan.

Seperti halnya, usaha penyedia “Peti Jenazah” atau Peti Mati yang terbukti kebanjiran orderab sejak pandemi Covid 19 melanda Kota Medan. Tinggi nya angka kematian dimasa pandemi akibat terpapar Covid 19 menjadikan permintaan peti mati sangat tinggi. Sehingga, pelaku usaha peti mati harus kerja lembur melayani permintaan skala besar dan kecil.

Dapat dipahami, peti zenajah yang biasanya hanya digunakan bagi umat non muslim saat meninggal dunia. Namun, berbeda dengan kematian akibat terpapar Covid 19 diharuskan menggunakan Peti Mati. Seiring dengan itu pula pengguna peti mati semakin meningkat.

Dari penelusuran wartawan PosRora.com,  sejak masa pandemi Tahun 2020 lalu beberapa pelaku usaha Peti Jenazah di Kota Medan kebanjiran orderan. Selain permintaan perseorangan juga permintaan lembaga seperti Rumah Sakit semakin banyak.

Salah satu pelaku usaha ‘Peti Mati’, Benny Butarbutar (40) yang ditemui wartawan, Kamis (29/7/2021) lalu di tempat usahanya “UD Dongan Sahuta” di Jl Bahagia No 107 – Sp Jl Turi Kecamatan Medan Kota, mengaku sejak masa pandemi Covid – 19 permintaan Peti Jenajah meningkat tajam.

Menurut Benny Butarbutar, sejak 20 Tahun lalu menjalankan usaha peti mati warisan almarhum orang tuanya. Baru kali ini Benny merasakan orderan peti mati yang cukup banyak.

Disampaikan Benny Butarbutar, untuk beberapa bulan terakhir ini permintaan peti mati ke “UD Dongan Sahuta” sekitar 50 unit lebih setiap bulannya dari perseorangan. Lain lagi pesanan dari pihak Rumah Sakit.

Ditambahkan Benny lagi, pernah ada menerima pesanan dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara sekitar 400 unit peti mati pada bulan Desember Tahun 2020.

“Namun saat ini tidak lagi, mungkin sudah ada pengrajin buat peti mati khusus mati Covid 19 di rumah sakit. Maka pernah kita dengar peti mati yang digunakan dari rumah sakit roboh saat diangkat dan mayat jatuh. Itu karena kualitas peti nya asal asalan,” ujar Benny.

Ditambahkan Benny, untuk saat ini pesanan dari rumah sakit masih ada tetapi skala kecil. Sedangkan, permintaan peti jenazah perseorang tetap meningkat. Saat ini kata Benny, Ianya memilik karyawan 5 orang dan menambah tukang bila ada pesanan.

Dijelaskan Benny, adapun jenis dan harga  Peti Mati hasil karyanya sangat bervariasi. Mulai dari harga Rp 900 hingga Rp 8 Juta tergantung jenis kayu dan ukiran. “Kita menyediakan banyak jenis. Tetapi untuk saat ini yang banyak permintaan jenis yang standart saja tapi tetap kualitas kayunya terjamin,” sebut Benny.

Diakhir perbincang dengan wartawan, Benny menyebut kendati banyak mendapat penghasilan keuntungan akibat Covid, Ianya tetap berharap kiranya Covid-19 cepat berlalu.

“Memang kami banyak dapat rezeki, Tapi harapan kita Covid-19 cepat lah berlalu. Kasihan keluarga banyak menderita. Keluarga dekat kita pun banyak dapat musibah,” ujarnya dengan rawut wajah yang sedih seraya menambahkan kalaupun dapat banyak untung dari usaha tetapi jangan lah karena musibah bencana seperti Covid-19.

Buruknya Kualitas “Peti Mati” dari Rumah Sakit

Buruknya kualitas “Peti Mati” yang di gunakan pihak rumah sakit saat ini diakui P Samosir. Dimana saat keluarganya M Samosir yang divonis meninggal akibat Covid 19 dan langsung mendapat peti mati dari rumah sakit terbukti kualitas petinya buruk.

Pada saat mengangkat peti mati berisi jenazah nyaris roboh. Bahkan “Peti Mati” yang dibalut plastik tampak elastis. Dan diduga hanya bahan triplek atau kayu lunak. ****