PosRoha.com I Medan, Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat Drs. Muhammad Syahrir M.Ikom menegaskan bahwa, era jurnalistik telah mengalami pergeseran besar dari masa ke masa. “Pada era saya, wartawan masih menggunakan mesin tik manual, mengetik dengan jari telunjuk. Tidak ada copy-paste, modalnya mata, telinga, dan kecerdasan berpikir. Bisa dipastikan semua wartawan bisa menulis berita,” ujar Duajrir.
Hal itu disampaikan Drs Muhammad Syahrir saat menjadi nara sumber pada acara Workshop Jurnalistik yang digagas Siwo PWI Sumatera Utara bersama KONI Sumut di hotel Travelbiz Medan Kamis (17/12/2025).
Dengan topik tantangan Wartawan Olahraga diantara Profesionalisme dan Etika Peliputan, M.Syahrir menyebutkan, ada tantangan serius bagi wartawan olahraga saat ini, dimana adaptasi menjadi pilihan utama demi menjaga karya jurnalistik yang profesional.
Menurut Syahrir, saat ini jurnalistik telah masuk ke era digitalisasi, di mana wartawan berhadapan langsung dengan kekuatan media sosial dan teknologi AI. Generasi Z, bahkan hanya menggunakan jari jempol untuk memproduksi konten, cukup sekali klik berita sudah tersebar luas.
“Kita sekarang berhadapan dengan robot, dengan narasi buatan AI yang secara teknis sudah memenuhi standar 5W+1H. Itu tidak salah,” ujarnya.
Syahrir yang pernah menjadi Ketua Umum PWI Sumatera Utara priode 2011-2016 menyebutkan, keunggulan wartawan olahraga terletak pada analisis dan kedalaman tulisan, bukan sekadar memberitakan kalah atau menang. “Keunggulan kita terletak pada analisis, prediksi, bahkan identifikasi,” sebutnya.
Ia juga mengingatkan bahaya hoaks yang marak di media sosial. Kecepatan tanpa verifikasi sering kali mengorbankan kebenaran. Karya jurnalistik tentu beda. Lebih mengedepankan proses verifikasi, identifikasi persoalan, dan analisis mendalam. “Karena sebagian besar informasi di media sosial kebenarannya masih diragukan,” ucapnya.
Syahrir yang juga pernah dipercaya sebagai pelatih cabang olahraga Bowling pada Porwanas ke 12 di Jawa Barat mengaku optimistis, wartawan tidak akan “mati” di era digital jika mampu beradaptasi. Ia menilai karya jurnalistik berkualitas tetap dibutuhkan terutama oleh masyarakat dengan tingkat intelektual tinggi.
“Kita dorong kekuatan lama dengan analisis, ulasan, dan nilai jurnalistik tinggi. Pasti narasumber akan mencari kita,” ujarnya. Terkait isu media yang disebut sebut hampir mati akibat tergerus media sosial, Syahrir menegaskan bahwa kunci bertahan adalah adaptasi dan konvergensi media,” tegas Syahrir. (Pujianto).

More Stories
SIWO PWI Sumut Gelar Workshop Jurnalistik
Gagal Raih Point, PSMS Kalah 1-2 Lawan Sumsel UNITED
Sore Ini, PSMS Hadapi Sumsel UNITED di Stadion Jakabaring