PosRoha

Edukasi, Membangun Kebersamaan

Penderita Stunting di Medan Belawan Minim Bantuan Asupan Gizi

PosRoha.com | Medan, Salah satu dari 555 balita penderita gizi buruk kronis (stunting) di Kota Medan, Ardian Sahputra (2) warga lingkungan 35 Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan kondisinya sangat memprihatinkan. Apalagi bantuan asupan gizi dan makanan tambahan dari Pemko Medan sangat minim dan saat ini tidak lagi berlanjut.

Di gubuk reot ukuran 4 x 6 meter berdiri diatas paluh dengan tiang kayu lapuk, Ibu Fatimah tinggal bersama 4 anaknya bertarung nyawa ditengah sulitnya ekonomi di Kota Berkah. Tumpuan ekonomi hanya dari penghasilan Suaminya yang bekerja nelayan tradisional tentu tidak mencukupi biaya kebutuhan makan 3 x sehari, apalagi untuk biaya keperluan sekolah.

Ketika wartawan PosRoha.com bersama petugas Puskesmas Belawan, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Medan dan kader Posyandu setempat menyambangi kediaman mereka, Rabu (11/5/2022). Ibu Fatimah mengaku kesulita ekonomi dan sangat membutuhkan bantuan untuk biaya keperluan keluarga. Terutama untuk kebutuhan anak ke 4 yang masih berumur 2 Tahun penderita stunting butuh asupan gizi dan makanan tambahan.

Mirisnya, dari pengakuan Fatimah, bantuan asupan gizi dan makanan tambahan dari Puskesmas dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan yang pernah ada saat ini sudah distop. “Terakhir bantuan makanan dan susu pada bulan Maret lalu, setelah itu tidak ada lagi,” ujar Fatimah sedih.

Penuturan Fatimah dibenarkan Ketua kader Posyandu Lingkungan 34,35 Kelurahan
Belawan II Kecamatan Medan Belawan Sri Susilawati, bantuan susu dan roti dari Puskesmas tidak ada lagi. Begitu juga makana  tambahan dari Ketapang tidak ada lagi. Pada hal kata Sri, melihat dari kondisi Ardian salah satu penderita Stunting masih membutuhkan bantuan makanan.

Memang kata Sri, bagi penderita stunting harus banyak komsumsi makanan bergizi. “Sementara bantuan dari Pemko terbatas dan keluarga penderita stunting sangat kesulitan ekonomi. Begitu juga lingkungan yang kumuh tidak memenuhi standart kesehatan,” sebut Sri.

Disampaikan Sri, pihaknya selaku kader Posyandu tidak bisa berbuat banyak. Untuk menghadirkan anak dan orang tua saja ke Posyandu sangat kesulitan. Para orang tua terkesan malas datang ke Posyandu untuk periksa anak.

“Memang dapat kita maklumi, datang ke Posyandu tidak dapat bantuan apa apa hanya menimbang Bayi saja. Terkadang hanya telur Puyuh yang kita kasih, itu pun biaya dari kader sendiri,” keluh Sri.

Sementara itu, melalui Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Belawan Sri Andriani menyebut, pihaknya tetap melakukan monitoring bagi penderita Stunting di Belawan. Memang kata Sri, bantuan untuk susu dan roti bagi penderita stunting tidak selamanya.

“Untuk bantuan selanjutnya tetap kita upayakan. Saat ini sudah kita ajukan permintaan ke Dinkes Medan dan nunggu realisasinya,” terang Sri.

Sama halnya dengan mewakili Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Erma Panjaitan, mengatakan jika pihaknya ikut melakukan penyuluhan pencegahan tim pendamping keluarga. Mendampingi ibu hamil dan ibu bersalin.

“Selain itu kami juga memiliki program bedah rumah bagi keluarga yang anaknya penderita stunting,” terang Erma. (lamru)