PosRoha

Edukasi, Membangun Kebersamaan

“MARI BAHU MEMBAHU MELAWAN COVID 19”

Tak ada pilihan lain. Sebagai anak bangsa kita harus bahu membahu. Saling pikul.  Untuk apa? Memukul balik Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) kembali ke asalnya; entah dimana! Pokoknya pergi dari kehidupan kita sehari hari sehingga aktivitas kita berjalan normal kembali. Sehat semua kita.  

Keadaan chaos saat bencana datang itu kerap dan wajar terjadi, namun ada banyak varian chaos yang bisa ditekan, dikendalikan ataupun dihilangkan. Lantas, apa yang terjadi pada pemimpin-pemimpin kita yang berada di tampuk pemimpin kekuasaan eksekutif? Tentu semua sudah bekerja keras.

Tapi kita juga harus jujur, ada beberapa yang telah melakukan tugas sesuai porsi, ada pula yang melenceng tak terkendali. Untuk itu saya dulu selalu katakan, masa sulit bencana seperti ini, yang terpenting ialah manajemen krisis.

Kita tidak pernah tahu bagaimana alur komunikasi di istana, yang jelas saya lega kala Setkab Mas Pramono mengakui telah terjadi kekeliruan informasi atas ucapan Menko PMK. Pesan Presiden yg disampaikan mas pramono ialah: “informasi kepada publik itu harus menenangkan.”

17 Juli 2021, saya ingat kala Pak Luhut meminta maaf. Saya hanya mendengar suaranya tanpa melihat wajah, namun saya bisa memvisualisasikan getar suara itu dengan mimik Pak Luhut. Itu tulus. Karena saya mengenal betul beliau. Sangat dekat. Paham apa yang disampaikannya. Walaupun kata maaf tak langsung serta merta mampu menyembuhkan, setidaknya ada upaya merekonstruksi kepercayaan. Ia gentle. Salut.

Statistik covid di Indonesia (baik angka kasus positif, angka kematian, angka keterisian ICU) memang masih jauh dari kata aman dan nyaman. Untuk itu, saya berharap agar kebersamaan kita sebagai anak bangsa menjadi semakin erat untuk melawan amuk pandemi ini ke depan.

Semangat selalu harus terus kita sampikan untuk Presiden Jokowi dalam memimpin barisan kabinetnya untuk melawan pandemi ini. Kepada Pak Luhut yang diberi kepercayaan oleh Presiden sebagai ujung tombak, untuk Jawa Bali, saya apresiasi beliau atas kerja keras dan kerja cerdasnya. Pun Erlangga H untuk luar Jawa Bali.

Sungai kritik itu perlu untuk tetap digaungkan. Ada banyak keselamatan yg berawal dari nada kekecewaan, misal vaksin berbayar yang dibatalkan. Namun kritik yang kita tuangkan setidak-tidaknya bukan untuk menyakiti personal, namun bertujuan untuk memperbaiki situasi.

Teruntuk bapak-ibu yang duduk di istana, dan diberi keercayaan di top eksekutif sebagai penyelenggara pemerintahan, saya juga berharap agar setidak-tidaknya untuk memilih narasi & diksi yang pas dalam menyampaikan informasi, menganalogikan peristiwa maupun meramu kebijakan kepada publik. Publik itu butuh informasi yg memberi ketenangan dan kebenaran, sudah, itu saja

Ibarat final champions istanbul 2005, kita seperti liverpool yang sudah tertinggal 0-3. Supporter layak kesal pada performa Finnan yang lupa pulang ke pertahanan saat asyik menyerang, Luis Garcia yang wasteful mengolah bola, kesal pada Baros yang tak berkutik menembus tembok Nesta dan Stam.

Tapi kesempatan bangkit itu juga lahir dari pemain lain, Gerrard, Dudek atau Smicer. Supporter tdk melempar botol di babak kedua. Pun pemain di lapangan tidak berlaku buruk karena tekanan. Hingga Liverpool bisa balikkan keadaan dan menang. Itu yg kita harapkan terjadi pada bangsa ini.

Terakhir. Saya juga berharap agar para pendengung atau Buzzer tuk hentikan praktik kotor yang hanya memperkeruh. Tidak ada tempat yang tepat bagi spesies seperti kalian. Lakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, kabari kami soal distribusi vaksin, distribusi bansos. Semua yang bisa memberikan pengharapan dengan basis iman dan kasih. (Penulis DR Hinca IP Pandjaitan XIII / Komisi III  DPR RI Fraksi Partai Demokrat)