PosRoha

Edukasi, Membangun Kebersamaan

Disbudparakref Sumut Bekali Calon Putera-Puteri Kebudayaan Indonesia Asal Sumut Wawasan Budaya

PosRoha.com | Medan,
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparakref) Sumut menggelar kegiatan Sosialisasi dan Focus Group Discussion Pengembangan Sumber Daya Manusia Kebudayaan. Kegiatan yang diikuti calon peserta Pemilihan Putra-Putri Kebudayaan Indonesia asal Sumut ini menjadi wadah mengenal, mencintai, dan melestarikan budaya sekaligus  mengembangkan potensi dan kompetensi diri agar bermanfaat untuk masyarakat umum.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumut Zumri Sulthony, S.Sos., M.Si., diwakili Kabid Pengembangan Kebudayaan, Sylvia Rosita Armayanti Lubis, S.Sos., M.S.P., saat membuka kegiatan di Karibia Boutique Hotel, kemarin, hakikatnya kegiaan ini penyadaran akan pentingnya melestarikan budaya
bangsa.

“Kegiatan ini juga wujud komitmen kita semua untuk melestarikan budaya sebagai pedoman dalam kehidupan kita bersama,” ungkapnya.

Dia mengatakan, dalam melestarikan budaya sumatera utara,dibutuhkan sistem manajerial perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang baik berkaitan
dengan pemajuan kebudayaan sebagai sumber daya
budaya bagi kepentingan masyarakat yang luas.

“Saya mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya guna menambah pengetahuan dan wawasan dan mampu mentrasformasikan pengetahuan ini upaya melestarikan budaya Sumatera Utara,” harapnya.

Bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan ini
Yoga Putra Raynanda (Putra Kebudayaan Sumut dan Putra Kebudayaan Indonesia 2023) dengan materi “Tantangan Generasi Muda Dalam Melestarikan Budaya, Fara Lubis (Runner Up Puteri Kebudayaan Sumut 2023)  mengetengahkan tentang “Digitalisasi Menuju Indonesia Berbudaya”, dan Dr. Bima Prana Chitra (akademisi)yang mempresentasikan tentang “Sinkronisasi Kebudayaan, Sastra, dan Pariwisata”.

Dalam sosialisasi itu, Yoga Putra Raynanda mengingatkan generasi muda agar mampu membedakan budaya asing yang positif dan negatif bagi kehidupan. Menyaring kebudayaan asing, lanjutnya, hal penting dalam mengatasi tantangan pelestarian budaya lokal. Sejalan dengan itu, narasumbr Fara Lubis menyampaikan pentingnya pemanfaatan teknologi komunikasi dan informatika dalam memelihara budaya lokal.

Sementara itu, Dr. Bima Prana Chitra menyampaikan,  sastra merekonstruksi kebudayaan masyarakat melalui karya-karya imajinatif-kreatif-introspektif, sedangkan  pariwisata mengatur dan menyediakan layanan jasa akomodasi-transportasi tersistem ke wilayah destinasi tertentu;

“Sinkronisasi Kebudayaan, Sastra dan Pariwisata sejatinya mempertegas posisi sekaligus peran penting dari Ekonomi Kreatif,” simpulnya. (lamru)